SEORANG Muslimah merasa bahwa hijab menjadi bagian dari
tubuhnya dan menjadi penutup dirinya, alat rasa malunya, tanda kehormatannya,
jalannya untuk menggapai cinta Allah untuknya, serta tangga mencapai surga-Nya.
Bila seorang Muslimah berjilbab, maka pada hakikatnya ia
telah berusaha menunaikan salah satu perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala
berfirman;
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak
(pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia
telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab [33] : 36).
Selain itu, kerelaan seorang Muslimah menutupi auratnya
dengan hijab syar’i merupakan bukti keimanannya. Dan, masih banyak hikmah lain
yang akan dipetik oleh seorang Muslimah saat ia berjilbab sesuai dengan
tuntunan syar’i.
Selaku orangtua, kita merasa bahagia manakala kita
menyaksikan putri-putri kita berjilbab. Karena, walaupun bagaimana, orangtua
akan dimintai pertanggung jawaban prihal pendidikan anaknya, dan salah satunya
adalah masalah jilbab ini.
Oleh karenanya, agar anak tidak merasa berat dalam
mengenakan hijab syar’i saat ia menginjak usia balig, maka perlu adanya usaha
orangtua untuk membiasakan anak berjilbab sejak dini.
Karena, metode seperti ini ternyata sangat efektif dalam
mendidik anak berjilbab. Tentu saja, metode membiasakan anak berjilbab ini
sangat ditekankan untuk memperhatikan perkembangan usia si anak.
Tugas Orangtua
Orangtua akan dimintai pertanggungjawaban perihal pendidikan
anaknya. Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Ingatlah, tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan setiap
orang dari kalian akan ditanyai tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Ini dalam konteks umum. Adapun bagi laki-laki yang
berkedudukan sebagai pemimpin, seperti suami, ayah, dan saudara laki-laki, bila
mereka ini tidak memerintahkan dan menganjurkan istri, putrinya, atau saudara
perempuannya agar mengenakan hijab, mereka akan menjadi dayyuts (yakni
orang-orang tidak memiliki kecemburuan terhadap kehormatan wanita
tanggungannya). Sedangkan, seorang dayyuts diancam oleh Rasulullah Shalallaahu
‘Alaihi Wasallam tidak akan masuk surga.
Di sisi lain, Islam memerintahkan agar anak-anak kecil
dilatih beribadah sebelum usia balig. Ibadah shalat, misalnya, merupakan ibadah
fardhu ain atas setiap muslim dan Muslimah. Akan tetapi, Rasulullah Shalallaahu
‘Alaihi Wasallam memerintahkan agar kita melatih anak-anak kita
melakukannya sejak berumur tujuh tahun. Dan, kita dibolehkan memukul mereka
bila berumur sepuluh tahun. Itu dilakukan sebelum mereka menginjak usia balig.
Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam mengkhususkan
shalat di antara ibadah lainnya dikarenakan shalat merupakan tiang agama.
Sedangkan hijab itu seperti shalat, hukumnya wajib bagi setiap Muslimah dengan
perintah yang jelas dari Allah dan Rasul-Nya seperti telah dijelaskan tadi.
Tips Membiasakan Anak Berjilbab Sendari Kecil
Yang pertama yang harus dipahamkan kepada anak saat
membiasakan mereka berjilbab adalah jilbab merupakan salah satu perintah Allah
dan Rasul-Nya. Firman Allah, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya’.” (An-Nur [24] :
31)
Yang kedua, pahamkan kepada anak bahwa berjilbab sama
artinya taat kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia telah menunaikan salah satu
perintah Allah Ta’ala. Dan, Allah telah berfirman, “Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (Al-Ahzab [33] : 36).
Yang ketiga, tanamkan pada diri anak bahwa jilbab merupakan
bukti keimanan seorang Muslimah. Allah SAW tidak mengarahkan pembicaraan
tentang hijab kecuali kepada para wanita mukminah. Dia berfirman, “Katakanlah
kepada wanita yang beriman.” Dia juga berfirman, “Dan istri-istri orang
mukmin.” Tentu seorang wanita akan merasa bangga bila masih menyandang keimanan
dalam dirinya.
Keempat, tunjukkan kepdada anak bahwa berjilbab dapat
menyelamatkan hati. Sebab, bila mata tidak melihat sesuatu, maka hati pun tidak
akan berhasrat. Dari sini, ketika mata tidak melihat sesuatu yang terlarang,
maka hati menjadi lebih suci.
Kemungkinan terbebas dari fitnah pun lebih nyata karena
hijab akan memutus hasrat orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit. Allah
berfirman, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik.” (Al-A’raf [7] : 26).
Semoga kita diberi kemauan dan kemampuan untuk menanamkan
syariat jilbab ini kepada putri-putri kita dan diteguhkan di atasnya hingga
ajal menjemput. Wallahul musta’an.
Disadur dari: Hidayatullah
Sipp artikelnya abang,salut...maen bang keblog aku ya bang moga kitabisa makin akrab.
BalasHapusTerima kasih sama sama ya nanti ta TKP... hehe
BalasHapus