Setelah beliau berjasa bagi Makam Imam Bukhori. Lagi lagi Presiden Soekarno
meninggalkan jasa yang begitu besar bagi umat muslim di Rusia. Yaitu sebuah
masjid.
Kalau di negri kita, membangun masjid adalah perkara yang sangat mudah. Hanya
mungkin terkendala masalah dana. Namun di negri Komunis ini (dulu Uni Sovyet)
rasanya sangatlah mustahil. Akan tetapi berkat pemanfatan situasi yang baik
serta kelihaian Ir Soekarno dalam berbicara membuat kaum muslim di Rusia dapat
menunaikan ibadah di masjid
Komentar tegas Presiden Soekarno, membuat Kremlin Moskow mengizinkan umat Islam
di Petersburg kembali diperbolehkan melaksanakan shalat di negeri komunis ini.
Bermimpi berkunjung ke masjid ini bagi muslim Indonesia yang sedang berada di
Rusia, bukan sesuatu yang aneh apalagi salah.
Berbagai cerita unik yang pernah dilansir di media masa maupun buku selalu
memberikan tambahan semangat untuk berziarah ke masjid penuh sejarah tersebut.
Inilah tempat yang terus menjadi tujuan ribuan pelancong yang datang dari tanah
air
St Petersburg didirikan oleh Peter the Great pada abad 17. Kota yang senantiasa
menjadi rebutan banyak negara dalam berbagai masa itu memang sangat cantik,
berarsitektur ala Eropa Barat dan terletak di delta sungai Neva.
Kota ini pernah menjadi ibukota kekaisaran Rusia selama dua ratus tahun. Disini
pula berdiri istana-istana terkenal, seperti istana musim panas Peterhof,
istana musim dingin Hermitage, benteng Peter and Paul serta landskap kota yang
tidak kalah dengan kota mode Paris.
Diantara kelebihan kota ini adalah adanya sebuah masjid yang sering disebut The
Blue Mosque, atau masjid biru. Meski nama aslinya adalah masjid Jam'ul
Muslimin, orang lebih sering mengasosiasikannya dengan kubah dan gerbang warna
biru nan cantik yang dimilikinya.
Letaknya yang berada di jantung kota dan diantara berbagai obyek wisata utama,
menjadikan masjid ini dikenal oleh siapapun. Keunikan lain dari kota yang
berbatasan dengan Finlandia tersebut karena memiliki musim panas yang sangat
panjang. Pada minggu ketiga bulan Juli, mahahari dari sini bisa terlihat selama
24 jam selama dua hari.
Inilah yang sering disebut dengan white night (malam putih) yang dianggap
fenomena alam yang digandrungi ratusan ribu pelancong untuk menikmatinya.
Memasuki masjid ini terasa sejuk di hati dan seolah berada di suatu tempat yang
akrab dengan diri kita; tempat bersujud. Di atas pintu masuknya, sebuah
kaligrafi berukuran sedang memberikan perintah berdasarkan ayat Tuhan:
''Masuklah dengan damai dan aman.''
Setelah melewati ruang penerimaan, kita akan langsung masuk ke dalam masjid
lantai pertama yang mampu menampung lebih dari dua ribuan jamaah. Kubah yang
dari luar berwana biru, didalamnya terdapat ukiran dan lukisan yang terpengaruh
oleh budaya arab dan menggantung di tengah-tengahnya lampu bulat besar
bertatahkan kaligrafi buatan Rusia dengan berat lebih dari 2 ton.
Dari kejauhan terlihat mihrab yang agung berwarna biru terbuat dari ribuah marmer
yang didisain khusus. Di tengah-tengahnya terdapat siluet berupa kaligrafi yang
menegaskan pesan-pesan Tuhan tentang kebaikan dan kebijakan yang harus dianut
oleh umatnya. Di sampingnya, terdapat mimbar khutbah dengan tangganya yang
tinggi terbuat dari kayu yang sangat terawat.
Pada saat khatib naik mimbar, ia akan memegang tongkat yang merupakan pengganti
tombak pada jaman para sahabat nabi. Lantai dua dan tiga dipakai untuk shalat
jamaah wanita, sehingga tidak perlu sekat seperti yang ada di beberapa masjid.
Uniknya, untuk bisa mengikuti shalat berjamaah, para wanita hanya bisa melihat
ke imam melalui dua cendera yang telah disiapkan. Melihat modelnya, candela ini
pastilah model Mesir seperti yang kita bisa lihat dalam film Ayat-Ayat
Cinta-nya Hanung Bramantyo.
Pilar-pilar besar penyangga kubah dan lantai dua dan tiga dihiasi dengan aneka
lukisan bunga yang lebih mirip budaya Rusia bagian Selatan. Pembagian ruangan
yang lega serta kebersihannya yang terjaga membuat para jamaah betah berzikir
di dalamnya.
Di bulan Ramadhan tahun ini, jamaah shalat tarawih tidak terlalu banyak atau
hanya sekitar 300-an orang. Ini disebabkan puasa jatuh pada musim panas
sehingga shalat tarawih dilakukan hampir tengah malam sehingga banyak jamaah
kesulitan mendapatkan transportasi umum pada saat pulang ke rumah.
Ada juga kaligrafi terbuat dari kayu berukuran sekitar satu kali dua meter yang
terpajang di samping ruang imam sholat. Tembakan dua lampu dari samping dan
atas memberikan nuansa tersendiri atas tatahan indah surah al-Fatihah yang
berada di tengah-tengah ukiran model Bali. ''Yang satu ini memang hadiah dari
Presiden Megawati Soekarnoputri,'' ujar sang Mufti dengan bangga.
bldirgantara.blogspot.com
Mengenang Jasa Soekarno
Memang, hubungan antara masjid ini dengan mantan Presiden pertama Indonesia,
Soekarno, tidak bisa dipisahkan. Di negeri komunis Uni Soviet, nama Soekarno
sangat dikenal. Bukan hanya dianggap sebagai teman dalam Perang Dingin melawan
poros Barat, namun juga sebagai presiden muslim yang memberikan 'berkah' bagi
sebagian muslim di negeri beruang merah ini.
Menurut Ja'far Nasibullah, suatu hari di tahun 1955, Soekarno berkunjung ke St
Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad. Ia datang dan menikmati kota
indah ini dengan putri kecilnya yang bernama Megawati Soekarnoputri.
Dari dalam mobil itu, Soekarno sekilas melihat sebuah bangunan yang unik dan
tidak ada duanya. Sopir diminta memutar haluan untuk melihat bangunan tersebut.
Namun, sang sopir tak menuruti permintaan orang nomor satu RI itu. Tidak ada
perintah untuk memutar apalagi berhenti.
Pada zaman itu, di bawah pemerintahan komunis nyaris tidak ada kekuasaan dan
kesempatan berdiskusi yang diberikan kepada seorang sopir. Dari pembicaraan
dengan beberapa pihak, Soekarno akhirnya tahu bahwa gedung itu adalah sebuah
masjid yang saat itu dijadikan gudang.
Dalam suatu pertemuan dengan pejabat setempat, Presiden melontarkan permintaan
agar pada hari berikutnya diatur suatu kunjungan ke masjid yang dilihatnya.
Namun aturan protokoler tidak memungkinkan karena acara yang disusun sudah
sangat padat.
Setelah dua hari menikmati keindahan kota St Petersburg yang saat itu masih
bernama Leningrad, Soekarno terbang ke Moskow untuk melakukan pembicaraan
tingkat tinggi guna membahas masa depan kerja sama bilateral dan berbagai
posisi kunci dalam Perang Dingin yang terus memuncak. Dalam bincang-bincang di
istana Kremlin itu sempat tersiar kabar suatu pembicaraan yang unik diantara
kedua pemimpin bangsa.
''Bagaimana kunjungan ke Leningrad tuan Presiden. Tentu sangat menyenangkan,
bukan?,'' tanya pemimpin Rusia. Diluar dugaan Soekarno memberikan jawaban yang
mengagetkan. ''Rasanya saya belum pernah ke Leningrad,'' ujar Soekarno.
''Tuan Presiden memang pandai bertutur. Ada apa yang salah dengan Leningrad.
Bukannya kemarin dua hari berjalan-jalan dengan sang puteri di sana.''
''Ya. Kami memang berada disana, tapi kami belum kesana.''
''Kenapa begitu?'' ''Karena kami tidak pernah diberikan kesempatan untuk
mengunjungi bangunan yang disebut masjid biru.''
Kunjungan Soekarno ke Rusia berjalan lancar dan seolah tidak pernah ada apapun
yang terkait dengan masalah agama ataupun masjid. Soekarno juga tidak banyak
membicarakan lagi tentang masjid yang pernah dilihatnya di kota terindah di Uni
Soviet tersebut. Meskipun begitu, diam-diam banyak kalangan muslim memasang
kuping atas berbagai kejadian yang dialami oleh tamu kehormatan dari Indonesia
tersebut.
Seminggu setelah kunjungan usai. Sebuah kabar gembira datang dari pusat
kekuasaan, Kremlin di Moskow. Seorang petinggi pemerintah setempat mengabarkan
bahwa satu-satunya masjid di Leningrad yang telah menjadi gudang pasca revolusi
Bolshevic tersebut bisa dibuka lagi untuk beribadah umat Islam, tanpa
persyaratan apapun. Sang penyampai pesan juga tidak memberikan alasan secuilpun
mengapa itu semua bisa terjadi.
''Umat Islam di St Petersburg mengenal dengan baik Presiden Soekarno. Kita
sangat berterima kasih kepada almarhum Soekarno. Kami akan ingat jasa-jasanya,'
ujar mufti Ja'far Nasibullah. Tanpa Soekarno, katanya mungkin masjid indah ini
sudah hancur sebagaimana masjid dan gereja lainnya.
Hingga kini, masjid yang didirikan pada tahun 1910-1921 itu masih berdiri
megah. Dua menaranya menjulang setinggi 48 meter sedangkan kubahnya yang
dibalut keramik warna biru sangat gagah dengan ketinggian 39 meter. Tempat
ibadah umat Islam yang diarsiteki oleh dua orang nasrani bernama Vaslilier dan
Alexander Von Googen ini memang mirip dengan sebuah masjid di Samarkand, Asia
Tengah.
Meskipun sempat akan hancur kubahnya pada tahun 1980an, namun berkat kebaikan
hati beberapa pemimpin komunis era Uni Soviet dan pinjaman seseorang yang
beragama Ortodoks, maka renovasi selama 18 tahun telah mengembalikan kemegahan
rumah Allah di bumi utara tersebut.
''Sebagai muslim, saya harus jujur dan mengucapkan terima kasih bukan hanya
kepada umat Islam yang senantiasa memakmurkan masjid ini. Tetapi juga kepada
pemerintah pada masa komunis, pemerintah sekarang dan juga para donatur yang
berbeda agama. Semoga Allah SWT memberikan balasannya atas kebaikan mereka,''
ungkap Ja'far.
Mobil Mercedes tua itu segera saya starter setelah bersalaman beberapa kali
dengan Sang Mufti. Pelukannya yang hangat dan ciumannya yang ikhlas mengesankan
ia telah bertemu dengan seorang 'Soekarno' kecil. Sayapun jadi termangu, tidak
bisa tidur dan selalu bertanya, 'Kontribusi apa yang bisa saya berikan untuk
muslim Rusia di masa keterbukaan ini.'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar