NAMA Maulana Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari
menempati hati masyarakat Kalimantan dan Indoensia sebagai ulama besar dan
pengembang ilmu pengetahuan ke islaman. Belum ada tokoh yang mengalahkan
kepopuleran nama Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Karya-karyanya hinga
kini tetap dibaca orang di masjid dan disebut-sebut sebagai rujukan. Nama
kitabnya Sabilal Muhtadin diabadikan untuk nama Masjid Raya kebanggaan
masyarakat Kalimantan Selatan.
Nama kitabnya yang lain Tuhfatur raghibin juga diabadikan
untuk sebuah masjid yang ada di desa Dalampagar Ulu Martapura Timur kabupaten
Banjar dimana dulu tempat Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari melakukan
pengajaran dan dakwah Islamiyah. Tak hanya itu, hampir seluruh ulama di
kalimantan masih memiliki tautan dengannya. Baik sebagai keturunan atau
muridnya.
Kaum Muslimin dari berbagai penjuru ketika menghadiri Haul ke-206 Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary di Desa Dalampagar Ulu Martapura Timur Sabtu,25/8/12 |
Sebut saja nama almarhum Al Alimul Allamah Maulana Syekh
K.H. Muhammad Zaini Abdul Ghani, yang dikenal dengan nama Guru Sekumpul, adalah
keturunan Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Hampir semua ulama di
Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Malaysia, pernah menimba ilmu dari Maulana
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau dari murid-murid beliau.
Diantara karya penulis biografi Maulana Syekh Muhammad
Arsyad al-Banjari , antara lain Mufti Kerajaan Indragiri Syekh Abdurrahman
Shiddiq Sapat Tembilahan berpendapat bahwa ia adalah keturunan Alawiyyin
melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao.
Jalur nasabnya adalah Maulana Syekh Muhammad Arsyad
al-Banjari bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin
Abdullah bin Abubakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin
Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (kakek seluruh keluarga Al
Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula
Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih
Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul
Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama'ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah
bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib
bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja'far As Shadiq bin Al ImamMuhammad Al
Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam
Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib Karamallah wajhah dan Sayyidah Fatimah Az
Zahra binti Rasulullah SAW .
Abdullah tercatat sebagai pemimpin peperangan melawan
Portugis, kemudian ikut melawan Belanda lalu melarikan diri bersama isterinya
ke Lok Gabang (sekarang masuk wilayah kecamatan Astambul kabupaten Banjar).
Dalam riwayat lain menyebut bahwa apakah Sayyid Abu Bakar As-Sakran atau Sayyid
Abu Bakar bin Sayid `Abdullah Al-’Aidrus yang dikatakan berasal dari Palembang
itu kemudian pindah ke Johor, dan lalu pindah ke Brunei Darussalam, Sabah, dan
Kepulauan Sulu, yang kemudian memiliki keturunan kalangan sultan di daerah
itu.
Yang jelas, para sultan itu masih memiliki tali temali
hubungan dengan Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang berinduk ke
Hadramaut, Yaman. Bapaknya Abdullah merupakan seorang pemuda yang dikasihi
sultan (Sultan Hamidullah atau Tahmidullah bin Sultan Tahlilullah 1700-1734 M).
Bapaknya bukan asal orang Banjar,tetapi datang dari India
mengembara untuk menyebarkan Dakwah,Beliau seorang ahli seni ukiran kayu. Semasa
ibunya hamil,kedua Ibu Bapaknya sering berdo’a agar dapat melahirkan anak yang
alim dan zuhud. Setelah lahir,Ibu Bapaknya mendidik dengan penuh kasih sayang
setelah mendapat anak sulung yg dinanti-nantikan ini. Beliau dididik dengan
dendangan Asmaul-Husna, disamping berdo’a kepada Allah.Setelah itu diberikan
pendidikan al-qur’an kepadanya. Kemudian barulah menyusul kelahiran
adik-adiknya yaitu ; ’Abidin, Zainal abidin, Nurmein, Nurul Amein.
Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari lahir di desa Lok
Gabang Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar pada hari Kamis dini hari, pukul
03.00 (waktu sahur), 15 Safar 1122 H atau 17 Maret 1710 M.
Semasa Kecil
Sejak kecil, Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari cerdas
serta mempunyai akhlak yang baik dan terpuji. Kehebatan beliau sejak kecil
ialah dalam bidang seni Lukis dan seni tulis, sehingga siapa saja yang melihat
karyanya akan merasa kagum dan terpukau.
Pada suatu hari, sultan mengadakan kunjungan
kekampung-kampung, Pada saat baginda sampai kekampung lok Gabang, Baginda
berkesempatan melihat hasil karya lukisan Muhammad Arsyad yang indah lagi
memukau hati itu. justeru Sultan berhajat untuk memelihara dan mendidik
Muhammad Arsyad yang tatkala itu baru berusia 7 tahun.
Maulana Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari mendapat
pendidikan penuh di Istana sehingga usia mencapai 30 tahun. Kemudian beliau
dikawinkan dengan seorang perempuan yang soleha bernam Tuan Bajut, Hasil
perkawinan beliau memperoleh seorang putri yang diberinam Syarifah. Beliau
telah meneruskan pengembaraan ilmunya ke Mekah selama 30 tahun dan Madinah
selama 5 tahun. Segala perbelanjaanya ditanggung oleh sultan.
Sahabatnya yang paling penting yang banyak disebut adalah
Syeikh `Abdus Shamad Al-Falimbani, Syeikh Abdur Rahman Al-Mashri Al-Batawi dan
Syeikh Abdul Wahhab Bugis (yang kemudian menjadi menantu Syaikh). Guru yang
banyak disebut adalah Syeikh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi, Syeikh `Athaullah
dan Syeikh Muhammad bin Abdul Karim As-Sammani Al-Madani. Selama belajar di
Mekah Syeikh Arsyad tinggal di sebuah rumah di Samiyah yang dibeli oleh Sultan
Banjar. Syeikh Arsyad juga belajar kepada guru-guru Melayu di Arab Saudi,
seperti Syeikh Abdur Rahman bin Abdul Mubin Pauh Bok Al-Fathani (Thailand
Selatan), Syeikh Muhammad Zain bin Faqih Jalaluddin Aceh dan Syekh Muhammad
Aqib bin Hasanuddin Al Falimbany.
Hampir semua ilmu keislaman yang telah dipelajari di Mekah
dan Madinah mempunyai sanad atau silsilah hingga ke pengarangnya. Hal ini cukup
jelas seperti yang ditulis oleh Syeikh Yasin bin Isa Al-Fadani (Padang,
Sumatera Barat) dalam beberapa buah karya beliau. Selain bukti berupa
karya-karyanya, juga dapat diambil jasa-jasanya membuka mata masyarakat Banjar
atau dunia Melayu.
Rekan-rekan Arsyad selama di Mekah kemudian juga menjadi
ulama terkenal. Syeikh `Abdus Shamad Al-Falimbani pengarang Sayrus Salaikin,
Syeikh `Abdur Rahman Al-Mashri Al-Batawi (akkek Sayid `Utsman bin Yahya, Mufti
Betawi yang terkenal), Syeikh Muhammad Nafis bin Idris Al-Banjari, pengarang
kitab Ad-Durrun Nafis, Syeikh Muhammad Shalih bin `Umar As-Samarani (Semarang)
yang digelar dengan Imam Ghazali Shaghir (Imam Ghazali Kecil), Syeikh `Abdur
Rahman bin `Abdullah bin Ahmad At-Tarmasi (Termas, Jawa Timur), Syeikh Haji
Zainuddin bin `Abdur Rahim Al-Fathani (Thailand Selatan), dan banyak lagi.
Penulisan
Tradisi kebanyakan ulama, ketika mereka belajar dan mengajar
di Mekah, sekali gus menulis kitab di Mekah juga. Lain halnya dengan Syeikh
Muhammad Arsyad bin `Abdullah al-Banjari, walaupun dipercayai bahawa beliau
juga pernah mengajar di Mekah, namun karya yang dihasilkannya ditulis di Banjar
sendiri. Lagi pula nampaknya beliau lebih mencurahkan khidmat derma baktinya di
tempat kelahirannya sendiri yang seolah-olah tanggungjawab rakyat Banjar
terbeban di bahunya.
Ketika mulai pulang ke tanah Banjar, Beliau sangat sibuk
mengajar dan menyusun segala macam bidang yang bersangkut-paut dengan dakwah,
pendidikan dan pentadbiran Islam. Walaupun begitu beliau masih sempat
menghasilkan beberapa buah karangan.
Karya-karya Syeikh Arsyad banyak ditulis dalam bahasa Arab-Melayu
atau Jawi yang memang diperuntukkan untuk bangsanya. Meskipuin ia memiliki
kemampuan menulis berbagai kitab dalam bahasa Arab, tapi, ia lebih suka
menuliskannya dalam bahasa Jawi. Ia mengajarkan kitab-kitab semacam Ihya
Ulumiddin karya Imam Ghazali kepada para muridnya.
Karangannya yang sempat dicatat adalah seperti berikut di
bawah ini:
Tuhfah ar-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu’minin wa ma
Yufsiduhu Riddah ar-Murtaddin, diselesaikan tahun 1188 H/1774 M
Luqtah al-’Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas
an-Nis-yan, diselesaikan tahun 1192 H/1778 M.
Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din,
diseselesaikan pada hari Ahad, 27 Rabiulakhir 1195 H/1780 M
Risalah Qaul al-Mukhtashar, diselesaikan pada hari Khamis 22
Rabiulawal 1196 H/1781 M.
Kitab Bab an-Nikah.
Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi
Kanzu al-Ma’rifah
Ushul ad-Din
Kitab al-Faraid
Hasyiyah Fat-h al-Wahhab
Mushhaf al-Quran al-Karim
Fat-h ar-Rahman
Arkanu Ta’lim as-Shibyan
Bulugh al-Maram Fi Bayani Qadha’ wa al-Qadar wa
al-Waba’
Tuhfah al-Ahbab
Khuthbah Muthlaqah Pakai Makna. Kitab ini dikumpulkan semula
oleh keturunannya, Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari. Dicetak oleh Mathba’ah
Al-Ahmadiah, Singapura, tanpa dinyatakan tarikh cetak.
Ada pun karyanya yang pertama, iaitu Tuhfah ar-Raghibin,
kitab ini sudah jelas atau pasti karya Syeikh Muhammad Arsyad bin `Abdullah
al-Banjari bukan karya Syeikh `Abdus Shamad al-Falimbani seperti yang disebut
oleh Dr. M. Chatib Quzwain dalam bukunya, Mengenal Allah Suatu Studi Mengenai Ajaran
Tasawuf Syeikh Abdus Samad AI-Falimbani, yang berasal daripada pendapat P.
Voorhoeve. Pendapat yang keliru itu telah saya bantah dalam buku Syeikh
Muhammad Arsyad (l990). Dasar saya adalah bukti-bukti sebagai yang berikut:
1. Tulisan Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani, “Maka
disebut oleh yang empunya karangan Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqati Imanil
Mu’minin bagi `Alim al-Fadhil al-’Allamah Syeikh Muhammad Arsyad.”
2. Tulisan Syeikh `Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari dalam
Syajaratul Arsyadiyah, “Maka mengarang Maulana (maksudnya Syeikh Muhammad
Arsyad al-Banjari, pen:) itu beberapa kitab dengan bahasa Melayu dengan isyarat
sultan yang tersebut, seperti Tuhfatur Raghibin …” Pada halaman lain, “Maka
Sultan Tahmidullah Tsani ini, ialah yang disebut oleh orang Penembahan Batu.
Dan ialah yang minta karangkan Sabilul Muhtadin lil Mutafaqqihi fi Amrid Din
dan Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqati Imani Mu’minin wa Riddatil Murtaddin
dan lainnya kepada jaddi (Maksudnya: datukku, al-’Alim al-’Allamah al-’Arif
Billah asy-Syeikh Muhammad Arsyad bin `Abdullah al-Banjari.”
3. Pada cetakan Istanbul, yang kemudian dicetak kembali oleh
Mathba’ah Al-Ahmadiah, Singapura tahun 1347 H, iaitu cetakan kedua dinyatakan,
“Tuhfatur Raghibin … ta’lif al-’Alim al-’Allamah asy-Syeikh Muhammad Arsyad
al-Banjari.” Di bawahnya tertulis, “Telah ditashhihkan risalah oleh seorang
daripada zuriat muallifnya, iaitu `Abdur Rahman Shiddiq bin Muhammad `Afif
mengikut bagi khat muallifnya sendiri …”. Di bawahnya lagi tertulis, “Ini kitab
sudah cap dari negeri Istanbul fi Mathba’ah al-Haji Muharram Afandi”.
4. Terakhir sekali Mahmud bin Syeikh `Abdur Rahman Shiddiq
al-Banjari mencetak kitab Tuhfah ar-Raghibin itu disebutnya cetakan yang
ketiga, nama Syeikh Muhammad Arsyad bin `Abdullah al-Banjari tetap dikekalkan
sebagai pengarangnya.
Daripada bukti-bukti di atas, terutama yang bersumber
daripada Syeikh Daud bin `Abdullah al-Fathani dan Syeikh `Abdur Rahman Shiddiq
adalah cukup kuat untuk dipegang kerana kedua-duanya ada hubungan dekat dengan
Syeikh Muhammad Arsyad bin `Abdullah al-Banjari itu. Syeikh Daud bin `Abdullah
al-Fathani adalah sahabat Syeikh Muhammad Arsyad bin `Abdullah al-Banjari
sedangkan Syeikh `Abdur Rahman Shiddiq pula adalah keturunan Syeikh Muhammad
Arsyad bin `Abdullah al-Banjari. Mengenai karya-karya Syeikh Muhammad Arsyad
bin `Abdullah al-Banjari yang tersebut dalam senarai, insya-Allah akan
dibicarakan pada kesempatan yang lain.
Masih banyak lagi tulisan dan catatan syaikh yang disimpan
kalangan muridnya yang kemudian diterbitkan di Istambul (Turki), Mesir, Arab
Saudi, Mumbai (Bombai), Singapura, dan kemudian Jakarta Surabaya, dan Cirebon.
Di samping itu beliau menulis satu naskah al Quranul Karim tulisan tentang
beliau sedikit, yang sampai sekarang masih terpelihara dengan baik.
Keturunan
Zurriyaat (anak dan cucu) beliau banyak sekali yang menjadi
ulama besar, pemimpin-pemimpin, yang semuanya teguh menganut Madzhab Syafi’i
sebagai yang di wariskan oleh Syeikh Muhammad Arsyad Banjar.
Diantara zurriyat beliau yang kemudian menjadi ulama besar
turun temurun diantaranya adalah :
• Tuan Guru H. Jamaluddin, Mufti, anak kandung, penulis
kitab “perukunan Jamaluddin”.
• Tuan Guru H. Yusein, anak kandung, penulis kitab
“Hidayatul Mutafakkiriin”.
• Tuan Hajjah Fathimah binti Syekh Muhammad Arsyad, anak
kandung, (penulis kitab “Perukunan Besar”, tetapi namanya tidak ditulis dalam
kitab itu)
• Tuan Guru H. Abu Sa’ud, Qadhi.
• Tuan Guru H. Abu Naim, Qadhi.
• Tuan Guru H. Ahmad, Mufti.
• Tuan Guru H. Syahabuddin, Mufti.
• Tuan Guru H.M. Thaib, Qadhi.
• Tuan Guru H. As’ad, Mufti.
• Tuan Guru H. Jamaluddin II., Mufti.
• Tuan Guru H. Abdurrahman Sidiq, Mufti Kerajaan Indragiri
Sapat (Riau)
• Tuan Guru H.M. Thaib bin Mas’ud bin H. Abu Saud, ulama
Kedah, Malaysia, pengarang kitab “Miftahul jannah”.
• Tuan Guru H. Thohah Qadhi-Qudhat, Pendiri Madrasah
“Sulamul ‘ulum’, Dalam Pagar Ulu Martapura Timur.
• Tuan Guru H.M. Ali Junaedi, Qadhi.
• Tuan Guru Tuan Guru KH. Zainal Ilmi.
• Tuan Guru H.M. Nawawi, Mufti.
• Tuan Guru H. Kasyful Anwar Kampung Melayu
• Tuan Guru H. Sya’rani Arief Kampung Melayu
• Tuan Guru H. Syarwani Abdan Bangil
• Tuan Guru Al Aliimul Allah Maulana Syekh Muhammad Zaini
(Guru Sekumpul)
• Dan lain-lain banyak lagi zuriat beliau yang menjad ulama
besar sampai kini tersebar di Kalimantan dan Indonesia serta lainnya.
Semuanya yang tersebut di atas adalah zurriyat Maulana
Syeikh Muhammad Arsyad al Banjary yang menjadi ulama dan sudah berpulang ke
rahmatullah.
Sebagaimana disebutkan di atas, Maulana Syeikh Muhammad
Arsyad al Banjary dan sesudah beliau, zurriyat-zariyat beliau adalah para
penegak Madzhab Syafi’i berfaham Ahlussunnah wal Jama’ah, khususnya di
Kalimantan.
Maulana Syeikh Muhammad Arsyad al Banjary wafat pada 6
Syawal 1227 H atau 3 Oktober 1812 M. Beliau meninggal dunia pada usia 105 tahun
dengan meninggalkan sumbangan yang besar terhadap masyarakat islam di
Nusantara.
Makamnya mempunyai karomah dan kemuliaan hingga kini masih
tetap diziarahi ribuan orang. Setap haulnya pun selalu dihadiri puluhan ribu
orang yang datang dar berbagai pelosok daerah kawasan Kalimantan, Sulawesi,
Jawa, Sumater termasuk dari Malaysia, Brunai Darussalam dan lainnya.
Semoga Allah SWT menurunkan curahan Rahmat dan Maghfirah
kepada Beliau, para zurriat dan orang orang yang mencintai mereka karena Allah.
Bilkhusus ketika diadakan haul dan pembacaan manaqib Maulana Syeikh Muhammad
Arsyad al Banjary. Amin Ya Robbal Alamin
Sumber :
Situs Biografi Ulama Ulama Dunia
Situs Wikipedia Bahasa Indonesia
Assalamu'alaikum
BalasHapusAlaykumussalam Warohmatullah... Salam Ukhuwah..!!
Hapus