Dalam riwayat yang tsiqah ( kuat ) bahwa pada beberapa waktu yang
lalu Syaikh Farazdaq orang yang selalu memuji Rasul shallallahu ‘alaihi
wasallam . Ia terus menerus memuji Rasul , kalau kita sekarang pujian-pujian
itu seperti qasidah , maka setiap tahun dia selalu datang ke maqam Rasul di
Masjid Nabawy dan membaca syair-syair pujian kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan setelah itu pulang , setiap tahunnya seperti itu . Dan
setelah beberapa tahun datanglah seseorang menegurnya dan mengundangnya makan
malam ke rumahnya.
Di Negara-negara timur tengah merupakan hal yang biasa jika ada
orang asing di kampung mereka kemudian di undang ke rumah mereka untuk makan
bersama , itu adalah hal yang umum disana . Maka Farazdaq sampailah di suatu
tempat di luar kota Madinah dan masuklah ia ke dalam sebuah rumah besar ,
kemudian ia dipegangi oleh beberapa pengawal orang yang mengundangnya , dan
orang yang mengundang itu berkata : ” aku benci jika engkau memuji Rasululah , sekarang akan aku
gunting lidahmu agar kau tidak bisa lagi membaca syair untuk memuji Rasul ”
maka ia pun memaksanya dan mengeluarkan lidahnya dan menggunting lidah Farazdaq
dan melepaskannya dan memberikan lidah itu kepada Farazdaq kemudian menyuruhnya
pergi .
Maka Farazdaq pergi dan menangis menahan sakit bathin dan sakit
zhahirnya , sakit zhahirnya bagaimana rasa sakit jika lidah digunting , dan
sakit bathinnya karena ia tidak bisa lagi membaca syair untuk memuji Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam . Sebagaimana biasa maka ia pun pergi ke makam
Rasulullah dan ia bersandar di hadrah as syarif di dalam masjid nabawy , dan ia
berkata di dalam doanya : ” Wahai Allah , kalau shahibul maqam ini ( Rasulullah
) memang benci dengan perbuatanku ini maka biarkan aku agar tidak lagi
memujinya , tetapi jika Engkau meridhai dan shahibul maqam ini ( Rasulullah )
senang jika aku terus memujinya dengan syair maka sembuhkanlah aku ”
Maka ia pun dalam tangisnya tertidur dan didalam tidurnya ia
bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam berhadapan dengannya dan
berkata : ” mana lidahmu yang digunting oleh orang itu , ? kemudian diambil
oleh Rasul dan beliau berkata : ” buka mulutmu ” dan dikembalikan ke mulutnya
dan Rasul berkata : ” aku gembira dengan perbuatanmu , maka teruskanlah
dakwahmu dan syairmu ” , maka ia terbangun dan ia dapati lidahnya telah kembali
pada posisinya .
Kemudian di tahun berikutnya syaikh Farazdaq kembali lagi ke maqam
Rasul dan memujinya sebagaimana biasa ia lakukan tiap tahun , dan ada lagi
orang yang mengundang untuk makan malam di rumahnya dan ia pun menerima
undangan itu dan ia pun dibawa ke rumahnya , ketika dilihat rumah itu adalah
rumah yang tahun lalu pernah ia datangi , maka syaikh Farazdaq tidak mau masuk
, maka orang itu berkata : ” aku ingin kau masuk , kau jangan risau aku tau kau
adalah orang yang baik dan kau lihat aku adalah orang yang jujur ”
Maka Syaikh Farazdaq masuk dan dilihat di dalam rumah itu ada
sebuah penjara dari besi dan di dalamnya ada seekor kera (monyet) besar dan
kera itu terus memandangi dan mengamuk melihat syaikh Farazdaq , maka
berkatalah orang yang mengundang syaikh Farazdaq : ” Wahai syaikh taukah engkau
siapa yang di dalam kerangka besi itu ” ? maka Farazdaq menjawab : ” itu kera ”
, maka lelaki itu berkata : ” itu ayahku yang dulu setahun yang lalu
menggunting lidahmu , setelah ia melakukan itu maka Allah merubahnya menjadi
seekor kera , wahai syaikh tolong doakan ayahku itu supaya diampuni Allah dan
diwafatkan , kasian karena dia telah berubah menjadi kera ” , Maka Syaikh
Farazdaq menangis dan mendoakannya dan wafatlah seekor kera itu .
Sumber : www.majelisrasulullah.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar