Dia adalah seseorang yang syahwat dunia dihatinya telah rapuh, dan sungai
godaan dihadapannya telah kering. Dia adalah Abdullah ibnu Mubarak bin Wadhih
at-Taimi al-Marwaji.
Abu Abdullah, pemimpin orang -orang yang bertaqwa. Ulama
Maroko yang paling alim, dan Imamnya kaum Muslimin. Dia adalah seorang Hafizh, Mujahid, juga seorang Pedagang. Dia belajar dari mulai berusia
dua puluh tahun. Dia habiskan usianya untuk Haji dan untuk Jihad.
Dia sangat menguasai ilmu Fiqih,
Hadits, Bahasa Arab dan Sejarah, hatinya tertarik untuk bermajelis dengan para
Faqih, dan dia menceburkan dirinya kedalam lautan ilmu dan taman wara’. Dia
memberikan makan kepada orang-orang, tapi dia sendiri perpuasa.
Yahya bin Mu’in , berkata, ” Ibnu Mubarak adalah salah
seorang kaum Muslimin.”
Fudhail bin ’Iyadh mendatangi Ibnu Mubarak untuk
bertanya: “ bagaimana kedudukannya dihadapan halayak.” Dia menjawab: “ Sebagai
Ulama. “ Fudail bertanya. “ Lalu bagaimana kedudukannya didepan raja-raja. ”
Dia menjawab “ Sebagai Zahid. ”.
Ibnu Mubarak berkata, ” Hampir saja adab menduduki Dua
pertiga agama. ”
Dia orang yang wara’ dan banyak ber infaq kepada
orang-orang fakir. Selama setahun dia berinfak Seratus Ribu Dirham dan menutupi
hutang orang-orang yang membutuhkan. Dia berkata : ” Menolak satu Dirham yang
bersumber dari syubhat itu lebih kusukai, daripada bersedekah Seratus Ribu
hingga Sembilan Ratus Ribu Dirham.”
Suatu hari Hasan al Basri’ menemui Ibnu Mubarak, lalu dia mendapati
seekor burung merpati terbang disekitar rumah. Lalu Ibnu Mubarak berkata: “
Dahulu kami mendapatkan manfaat dari telur burung Merpati ini, tapi…hari ini kami tidak mengambil manfaat
darinya. ”
Hasan al Basri’ bertanya, “ Mengapa..??. “ Ibnu Mubarak , menjawab, “ Dia telah
bercampur dengan burung merpati lainnya dan mengawininya. Karena itu, kami
tidak suka mengambil keuntungan dari telurnya.
Ibnu Mubarak, pernah meminjam sebuah pena dari seorang
temannya di Syam, namun dia lupa mengembaikan kepada pemiliknya. Ketika dia
tiba di kota marwa. Maka dia mengamati barang-barangnya, dan ternyata pena
tersebut masih bersamanya. Maka, dia segera kembali ke Syam untuk mengembalikan
pena tersebut kepada pemiliknya.
Suara Azan berkumandang, dan Ibnu Mubarak berjalan diatas
kendaraannya . Lalu dia turun untuk Shalat Zhuhur, dan hewan tunggangannya itu
merumput di tanaman sebuah desa milik Sultan. Hewan tersebut memakan
tanaman-tanaman yang tumbuh disana.
Sehingga Ibnu Mubarak meninggalkan hewan tersebut karena
sifat wara’ dan tidak mau menungganginya lagi.
Seorang istri Amirul-Mukminin, Harun ar-Rasyid, mengamati
suasana ramai, dia melihat dari Kastilnya di Istana Kayu. Ketika dia melihat
banyak orang sepeti itu, maka dia bertanya:
“Ada apa itu, “ seseorang menjawab: “ Seorang Ulama dari Khurasan telah tiba
di Raqqah. Dia bernama Abdullah bin Mubarak.“
Wanita itu berkata, “ Demi Allah, dia itulah Raja yang
sebenar-benarnya, bukan Harun yang tidak sanggup mengumpulkan Manusia, kecuali
dengan pasukan dan bala bantuan. “
Abdullah Ibnu Mubarak. Dia memiliki Karomah dan Do’a yang
Mustajab.
Suatu hari, Ibnu Mubarak melewati seorang yang buta, lalu
orang itu berkata: “ Ya Ibnu Mubarak aku mohon kepadamu, berdo’alah kepada
Allah, semoga Dia mengembalikan penglihatanku. “ Lalu Ibnu Mubarak mengangkat
kedua tangannya dan berdo’a kepada Allah SWT. Lalu Allah mengembalikan penglihatan
orang itu.
Ibnu Mubarak mencintai khalwat dan bergadang untuk
merenungi riwayat kehidupan Nabi saw, dan para Sahabatnya. Seseorang datang
menghampiri dan bertanya kepadanya: “ Tidakkah engkau merasa kesepian..??.”
Ibnu Mubarak ,menjawab: “ Bagaimana mungkin aku merasa kesepian sementara aku
bersama Nabi saw, dan para Sahabat beliau r.a..?.”
Abdullah bin Mubarak wafat di Het, sebuah kota kecil di
tepi sungai Efrat,
Beliau wafat sepulang berperang pada tanggal 3 Ramadhan tahun 181 H / 797 M dalam usia 63 tahun.
Ketika mendengar kematian ibnu Mubarak. Harun ar-Rasyid
berkata:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar