Daud bin Yisya adalah
salah seorang dari tiga belas bersaudara turunan ketiga belas dari Nabi Ibrahim
a.s. Ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa a.s.
bersama ayah dan tiga belas saudaranya.
Daud Dan Raja Thalout
Ketika raja Thalout raja
Bani Isra'il mengerahkan orang untuk memasuki militer dan menyusun tentara
rakyat untuk berperang melawan bangsa Palestina, Daud bersama dua orang
kakaknya diperintahkan oleh ayahnya untuk ikut berjuang dan menggabungkan diri
ke dalam barisan prajurit Thalout. Khusus kepada Daud sebagai anak yang
termuda di antara tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di barisan
belakang dan tidak bisa ikut bertempur. Ia ditugaskan hanya untuk melayani
kedua kakaknya yang harus berada dibarisan depan, membawakan makanan dan
minuman serta kebutuhan-2 lainnya untuk mereka, di samping ia harus dari waktu
ke waktu memberi laporan kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan
keadaan kedua kakaknya di dalam medan perang.Ia sesekali tidak diizinkan maju
ke garis depan dan turut bertempur, mengingatkan usianya yang masih muda dan
belum ada pengalaman berperang sejak ia dilahirkan. Akan tetapi ketika
pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan pasukan Jalout dari
bangsa Palestina, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala mendengar suara Jalout
yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak berperang, sementara
jago-jago perang Bani Isra'il berdiam diri sehinggapi rasa takut dan kecil
hati. Ia secara spontan menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout dan
terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir dengan terbunuhnya
Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelumnya. Sebagai
imbalan untuk jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh Thalout
dan dikahwinkannya dengan putrinya yang bernama Mikyal, sesuai dengan janji
yang telah diumumkan kepada pasukannya bahwa putrinya akan dinikahkan dengan
orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya. Selain ia
dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja Thalout sebagai
penasihatnya dan orang kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan
dihormati serta disegani bukan saja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh rakyat
Bani Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil
mengangkat keturunan serta derajat Bani Isra'il di mata bangsa-2 sekelilingnya. Suasana
keakraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan sang menantu
Daud dengan sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada akhir
waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap
dirinya. Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi
muram dan kaku, kata-katanya yang biasa didengar lemah-lembut berubah menjadi
kata-kata yang kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah
kiranya yang menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu? Apakah hal-hal
yang dilakukan yang dianggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga membuat ia
marah dan benci kepadanya? Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh
hasutan dan fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmonis dan
damai di dalam rumah tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan
taat kepada mertuanta yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang oa
harapkan? dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya
untuk membela dan mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya? Daud tidak
mendapat jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-2 yang melintasi pikirannya
itu. IA kemudian kembali ke dirinya sendiri dan berkata dalam hatinya
mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari mertuannya
itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau pun memang
ada maka mungkin disebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 pribadi dari mertua
yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya sebagai menantu.demikianlah dia
mencoba menenangkan hati dan pikirannya yang masyangul yang berpikir
selanjutnya tidak akan mempedulikan dan mengambil kisah tentang sikap dan
tindak-tanduk mertuanya lebih jauh. Pada suatu malam gelap yang sunyi
senyap, ketika ia berada di tempat tidur bersam istrinya Mikyal. Daud
berkata kepada istrinya: "Wahai Mikyal, entah benarkah aku atau salah
dalam tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan hatiku belaka atau sesuatu
kenyataan apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap diriku? Aku melihat
akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap diriku. Ia selalu
menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak seperti biasanya.
Kata-katanya kepadaku tidak selamah lembut seperti dulu. Dari pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku. Ia selalu menghindari diri dari duduk bersama aku berbicara dan berdiskusi -bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekitarnya. " Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang jatuh di atas pipinya: "Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan sesuatu darimu dan sesekali tidak akan merahasiakan hal-hal yang seharusnya engkau ketahui. Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahwa keturunanmu makin naik di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan khawatir bila pengaruhmu di kalangan rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah, hal itu akan dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawaan kerajaannya. Ayahku walau ia seorang mukmin berilmu dan bukan dari keturunan raja menikmati kehidupan yang mewah, menempati yang empuk dan merasakan manisnya berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia khawatir akan kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di desa. Karenanya ia tidak menyukai orang menonjol yang dihormati dan disegani rakyat apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti engkau. Ia khawatir bahwa engkau kadang-2 dapat merenggut posisi dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetiaan tiap orang dan berpurba sangka terhadap tindakan-2 orang-2nya bila ia belum mengerti apa yang dituju dengan tindakan-2 itu. " "Wahai Daud", Mikyal meneruskan ceritanya , "Aku mengetahui bahwa ayahku sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau dan mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih merayukan kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal- hal yang malang bagi dirimu. " Daud merasa heran kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya sendiri dan kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu? Mengapa kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dengan jujur dan ikhlas hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan dan mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan Iblis yang telah menghilangkan akal sehatnya dan mengaburkan jalan pikirannya? " Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu. Pada esok harinya Daud terbangun oelh suara seorang pesurh Raja yang menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap. Berkata sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud pikiranku kebelakang ini sgt terganggu oleh sebuah berita yang menrungsingkan. Aku mendengar bahwa bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku satu-satunya, hai Daud yang akan dapat menanganu urusan ini maka ambillah pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu pilihlah orang-orang yang kamu percaya di antara tenteramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali dengan membawa bendera kemenangan atau dengan jenazahmu dibawa pada bahu orang-orangmu. " Thalout hendak mencapi dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia handak menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersamaan dengan itu mengusirkan Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan kepada dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan perang kali ini. Siasat yang mengandung niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak diketahui oleh Daud. Ia merasa ada udang dibalik batu dalam perintah Thalout itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia dan tentara yang berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dengan sebaik-baiknya tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya. Dengan bertawakkal kepada Allah berpasrah diri kepada takdir-Nya dan berbekal iman dan talwa di dalam hatinya berangkatlah Daud beserta pasukannya menuju daerah bangsa Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang memang telah menyuratkan dalam takdir-Nya mengutus Daud sebagai Nabi dan Rasul. Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya beserta timnya dengan membawa kemenangan gilang-gemilang. Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalout dengan senyum dan tanda gembira yang dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya, apalagi disadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggondol kemenangan, pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin dicintainyalah ia telah Bani Isra'il sehingga di mana saja orang berkumpul tidak lain yang dipercakapkan hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecepatannya memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dengan sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan'aan dan membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi kebanggaan seluruh bangsa.Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan orang-orang Kan'aan. Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh orang-orang nya yang kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia melihat Daud dalam keadaan segar-bugar gagah perkasa di hadapan timnya menerima sambutan rakyat dan sorak-sorainya tanda cinta kasih sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan. Thalout yang dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan bangsa Kan'aan, berpikir jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman Daud adalah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya sedemikian cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa ke dalamnya. Mikyal, istri Daud yang dapat mencium makar ayahnya itu, segera memberitahukan kepada suaminya, agar ia segera menjauh dan meninggalkan kota secepatnya sebelum makar itu sempat dilaksanakan. Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran istrinya yang setia itu meninggalkan kota diwaktu malam gelap tanpa membawa bekal kecuali iman di dada dan kepercayaan yang teguh yang akan inayahnya Allah dan rahmat-Nya. Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum, berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para pengikutnya mencari jejaknya untuk menyampaukan kepadanya rasa setiakawan mereka serta menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin dibutuhkannya. Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya merenungkan nasib yang ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorang hamba Allah yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan hawa nafsunya sekadar untuk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah itu tidak sadar, fikir Daud bahwa kenikmatan dan kekuasaan duniawi yang ia miliki adalah pemberian Allah yang sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali darinya.
Kata-katanya kepadaku tidak selamah lembut seperti dulu. Dari pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku. Ia selalu menghindari diri dari duduk bersama aku berbicara dan berdiskusi -bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekitarnya. " Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang jatuh di atas pipinya: "Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan sesuatu darimu dan sesekali tidak akan merahasiakan hal-hal yang seharusnya engkau ketahui. Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahwa keturunanmu makin naik di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan khawatir bila pengaruhmu di kalangan rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah, hal itu akan dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawaan kerajaannya. Ayahku walau ia seorang mukmin berilmu dan bukan dari keturunan raja menikmati kehidupan yang mewah, menempati yang empuk dan merasakan manisnya berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia khawatir akan kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di desa. Karenanya ia tidak menyukai orang menonjol yang dihormati dan disegani rakyat apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti engkau. Ia khawatir bahwa engkau kadang-2 dapat merenggut posisi dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetiaan tiap orang dan berpurba sangka terhadap tindakan-2 orang-2nya bila ia belum mengerti apa yang dituju dengan tindakan-2 itu. " "Wahai Daud", Mikyal meneruskan ceritanya , "Aku mengetahui bahwa ayahku sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau dan mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih merayukan kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal- hal yang malang bagi dirimu. " Daud merasa heran kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya sendiri dan kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu? Mengapa kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dengan jujur dan ikhlas hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan dan mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan Iblis yang telah menghilangkan akal sehatnya dan mengaburkan jalan pikirannya? " Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu. Pada esok harinya Daud terbangun oelh suara seorang pesurh Raja yang menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap. Berkata sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud pikiranku kebelakang ini sgt terganggu oleh sebuah berita yang menrungsingkan. Aku mendengar bahwa bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku satu-satunya, hai Daud yang akan dapat menanganu urusan ini maka ambillah pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu pilihlah orang-orang yang kamu percaya di antara tenteramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali dengan membawa bendera kemenangan atau dengan jenazahmu dibawa pada bahu orang-orangmu. " Thalout hendak mencapi dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia handak menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersamaan dengan itu mengusirkan Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan kepada dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan perang kali ini. Siasat yang mengandung niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak diketahui oleh Daud. Ia merasa ada udang dibalik batu dalam perintah Thalout itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia dan tentara yang berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dengan sebaik-baiknya tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya. Dengan bertawakkal kepada Allah berpasrah diri kepada takdir-Nya dan berbekal iman dan talwa di dalam hatinya berangkatlah Daud beserta pasukannya menuju daerah bangsa Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang memang telah menyuratkan dalam takdir-Nya mengutus Daud sebagai Nabi dan Rasul. Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya beserta timnya dengan membawa kemenangan gilang-gemilang. Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalout dengan senyum dan tanda gembira yang dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya, apalagi disadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggondol kemenangan, pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin dicintainyalah ia telah Bani Isra'il sehingga di mana saja orang berkumpul tidak lain yang dipercakapkan hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecepatannya memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dengan sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan'aan dan membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi kebanggaan seluruh bangsa.Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan orang-orang Kan'aan. Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh orang-orang nya yang kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia melihat Daud dalam keadaan segar-bugar gagah perkasa di hadapan timnya menerima sambutan rakyat dan sorak-sorainya tanda cinta kasih sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan. Thalout yang dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan bangsa Kan'aan, berpikir jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman Daud adalah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya sedemikian cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa ke dalamnya. Mikyal, istri Daud yang dapat mencium makar ayahnya itu, segera memberitahukan kepada suaminya, agar ia segera menjauh dan meninggalkan kota secepatnya sebelum makar itu sempat dilaksanakan. Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran istrinya yang setia itu meninggalkan kota diwaktu malam gelap tanpa membawa bekal kecuali iman di dada dan kepercayaan yang teguh yang akan inayahnya Allah dan rahmat-Nya. Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum, berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para pengikutnya mencari jejaknya untuk menyampaukan kepadanya rasa setiakawan mereka serta menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin dibutuhkannya. Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya merenungkan nasib yang ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorang hamba Allah yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan hawa nafsunya sekadar untuk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah itu tidak sadar, fikir Daud bahwa kenikmatan dan kekuasaan duniawi yang ia miliki adalah pemberian Allah yang sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali darinya.
Daud Dinobatkan Sebagai Raja
Raja Thalout makin lama
makin berkurang pengaruhnya dan merosot kewibawaannya sejak ia ditingglkan oleh
Daud dan diketahui oleh rakyat rancangan jahatnya terhadap orang yang telah
berjasa membawa kemenangan demi kemenangan bagi negara dan bangsanya. Dan
sejauh perhargaan rakyat terhadap Thalout merosot, sejauh itu pula cinta kasih
mereka kepada Daud makin meningkat, sehingga banyak diantara mereka yang lari
mengikuti Daud dan menggabungkan diri ke dalam barisannya, hal mana menjaadikan
Thalout kehilangan akal dan tidak dapat menguasai dirinya. IA lalu menjalankan
siasat tangan besi, menghunus pedang dan membunuh siapa saja yang ia ragukan
kesetiaannya, tidak terkecuali di antara korban-2nya terdapat para ulama dan
para pemuka rakyat.
Thalout yang mengetahui bahawa Daud yang merupakan satu-satunya saingan baginya
masih hidup yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan dan
rancangan jahatnya, merasakan tidak dapat tidur nyenyak dan hidup tebteram di
istananya sebelum ia melihatnya mati terbunuh. Kerananya ia mengambil keputusan
untuk mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan sisa pasukan tenteranya yang
sudah goyah disiplinnya dan kesetiaannya kepada Istana. Ia fikir harus cepat-2
membinasakan Daud dan para pengikutnya sebelum mereka menjadi kuat dan
bertambah banyak pengikutnya.
Daud bersert para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat persembunyian
tatkala mendengar bahwa Thalout dengan askarnya sedang mengejarnya dan sedang
berada Tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Ia menyuruh beberapa orang drp
para pengikutnya untuk melihat dan mengamat-amati kedudukan Thalout yang sudah
berada dekat dari tempat mereka bersembunyi. Mereka kembali memberitahukan
kepada Daud bahawa Thalout dan askarnya sudah berada di sebuah lembah dekat
dengan tempat mereka dan sedang tertidur semuanya dengan nyenyak. Mereka berseru
kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini untuk memberi
pukulan yang memastikan kepada Thalout dan askarnya. Anjuran mereka ditolak
oleh Daud dan ia buat sementara merasa cukup sebagai peringatan pertama bagi
Thalout menggunting saja sudut bajunya selagi ia nyenyak dalam tidurnya.
Setelah Thalout terbangun dari tidurnya, dihampirilah ia oleh Daud yang seraya
menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya berkatalah ia kepadanya:
"Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaktu engkau tidur
nyenyak. Sekiranya aku mahu nescaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan
menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan
kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan
fikiranmu dari sifat-sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan
dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu."
Thalout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu yang nampak
jelas pada wajahnya yang pucat. Ia berkata menjawab Daud: "Sungguh engkau
adalah lebih adil dan lebih baik hati daripadaku. Engkau benar-benar telah
menunjukkan jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku harus mengakui hal
itu."
Peringatan yang diberikan oleh Daud belum dapat menyedarkan Thalout. Hasratnya
yang keras untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah lapuk itu menjadikan ia
lupa peringatan yang ia terima dari Daud tatkala digunting sudut bajunya. Ia
tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan menghancurkan kerajaannya dan
mengambil alih mahkotanya. Ia merasa belum aman selama masih hidup dikelilingi
oleh para pengikutnya yang makin lama makin membesar bilangannya. Ia enggan
menarik pengajaran dan peristiwa perguntingan bajunya dan mencuba sekali lagi
membawa askarnya mengejar dan mencari Daud untuk menangkapnya hidup atau mati.
Sampailah berita pengejaran Thalout ke telinga Daud buat kali keduanya, maka
dikirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui dimana tempat askar Thalout
berkhemah. Di ketemukan sekali lagi mereka sedang berada disebuah bukit
tertidur dengan nyenyaknya karena payah kecapaian. Dengan melangkah beberapa
anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat Thalout yang lagi
mendengkur dalam tidurnya, diambilnyalah anak panah yang tertancap di sebelah
kanan kepala Thalout berserta sebuah kendi air yang terletak disebelah kirinya.
Kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota
pasukan Thalout agar mereka bangun ari tidurnya dan menjaga baik-baik
keselamatan rajanya yang nyaris terbunuh karena kecuaian mereka. Ia mengundang
salah seorang dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah
dan kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya tanpa seorang pun
dari mereka yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu yang dimaksudkan sebagai peringatan kali kedua kepada Thalout
bahwa pasukan pengawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat
menyelamatkan nyawanya bila Allah menghendaki merenggutnya. Daud memberi dua
kali peringatan kepada Thalout bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan
yang nyata yang menjadikan ia merasa ngeri membayangkan kesudahan hayatnya
andaikan Daud menuntut balas atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan
untuk pembunuhannya.
Jiwa bsar yang telah ditunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa itu telah
sangat berkesan dalam lubuk hati Thalout.
Ia terbangun dari lamunannya dan sedar bahawa ia telah jauh tersesat dalam
sikapnya terhadap Daud. Ia sedar bahawa nafsu angkara murka dan bisikan
iblislah yang mendorongkan dia merancangkan pembunuhan atas diri Daud yang
tidak berdosa, yang setia kepada kerajaannya, yang berkali-kali mempertaruhkan
jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya, tidak pernah berbuat kianat
atau melalaikan tugas dan kewajibannya. Ia sedar bahawa ia telah berbuat dosa
besar dengan pembunuhan yang telah dilakukan atas beberapa pemuka agama hanya
kerana purba sangka yang tidak berdasar.
Thalout duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran sejarah hidupnya,
sejak berada di desa bersama ayahnya, kemudian tanpa diduga dan disangka,
berkat rahmat dan kurnia Allah diangkatlah ia menjadi raja Bani Isra'il dan
bagaimana Tuhan telah mengutskan Daud untuk mendampinginya dan menjadi
pembantunya yang setia dan komandan pasukannya yang gagah perkasa yang
sepatutnya atas jasa-jasanya itu ia mendapat penghargaan yang
setinggi-tingginya dan bukan sebagaimana ia telah lakukan yang telah
merancangkan pembunuhannya dan mengejar-gejarnya setelah ia melarikan diri dari
istana. Dan walaupun ia telah mengkhianati Daud dengan rancangan jahatnya, Daud
masih berkenan memberi ampun kepadanya dalam dua kesempatan di mana ia dengan
mudah membunuhnya andaikan dia mahu.
Membayangkan peristiwa-2 itu semunya menjadi sesaklah dada Thalout menyesalkan
diri yang telah terjerumus oleh hawa nafsu dan godaan Iblis sehingga ia
menyia-nyiakan kurnia dan rahmat Allah dengan tindakan-tindakan yang bahkan
membawa dosa dan murka Allah. Maka untuk menebuskan dosa-dosanya dan bertaubat
kepada Allah, Thalout akhirnya mengambil keputusan keluar dari kota melepaskan
mahkotanya dan meninggalkan istananya berserta segala kebesaran dan
kemegahannya lalu pergilah ia berkelana dan mengembara di atas bumi Allah
sampai tiba saatnya ia mendapat panggilan meninggalkan dunia yang fana ini
menuju alam yang baka.
Syahdan, setelah istana kerajaan Bani Isra'il ditinggalkan oleh Thalout yang
pergi tanpa meninggalkan bekas, beramai-ramailah rakyat mengangkat dan
menobatkan Daud sebagai raja yang berkuasa.
Nabi Daud mendapat Godaan
Daud dapat menangani
urusan pemerintahan dan kerajaan, mengadakan peraturan dan menentukan bagi
dirinya hari-hari khusus untuk melakukan ibadah dan bermunajat kepada Allah,
hari-hari untuk peradilan, hari-hari untuk berdakwah dan memberi penerangan
kepada rakyat dan hari-hari menyelesaikan urusan-urusan peribadinya.
Pada hari-hari yang ditentukan untuk beribadah dan menguruskan urusan-2
peribada, ia tidak diperkenankan seorang pun menemuinya dan mengganggu dalam
khalawatnya, sedang pada hari-hari yang ditentukan untuk peradilan maka ia
menyiapkan diri untuk menerima segala lapuran dan keluhan yang dikemukan oleh
rakyatnya serta menyelesaikan segala pertikaian dan perkelahian yang terjadi
diantara sesama mereka. Peraturan itu diikuti secara teliti dan diterapkan
secara ketat oleh para pengawal dan petugas keamanan istana.
Pada suatu hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan berkhalwat
datanglah dua orang lelaki meminta izin dari para pengawal untuk masuk bagi
menemui raja. Izin tidak diberikan oleh para pengawal sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, namun lelaki itu memaksa kehendaknya dan melalui pagar yang
dipanjat sampailah mereka ke dalam istana dan bertemu muka dengan Daud.
Daud yang sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki itu sudah
berada di depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana tidak akan dapat
melepaskan siapa pun masuk istana menemuinya. Berkatalah kedua tamu yang tidak
diundang itu ketika melihat wajah Daud menjadi pucat tanda takut dan terkejut:
"Janganlah terkejut dan janganlah takut. Kami berdua datang kemari untuk
meminta keputusan yang adil dan benar mengenai perkara sengketa yang terjadi
antara kami berdua."
Nabi Daud tidak dapat berbuat selain daripada menerima mereka yang sudah berada
didepannya, kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang sepatutnya.
Berkatalah ia kepada mereka setelah pulih kembali ketenangannya dan hilang rasa
paniknya: "Cubalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam keadaan yang
sebenarnya." Berkata seorh daripada kedua lelaki itu: "Saudaraku ini
memilki sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan aku hanya memilki seekor
sahaja. Ia menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku serahkan kepadanya
dombaku yang seekor itu bagi melengkapi perternakannya menjadi genap seratus
ekor. Ia membawa macam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku
untuk menolaknya, mengingatkan bahawa ia memang lebih cekap berdebat dan lebih
pandai bertikam lidah daripadaku."
Nabi Daud berpaling muka kepada lelaki yang lain yang sedang seraya bertanya:
"Benarkah apa yang telah diuraikan oleh saudara kamu ini?"
"Benar" ,jawab lelaki itu.
"Jika memang demikian halnya", kata Daud, dengan marah "maka
engkau telah berbuat zalim kepada saudaramu ini dan memperkosakan hak miliknya
dengan tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu
yang zalim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan
hidungmu. Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang
berbuat zalim satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan
beramal soleh."
"Wahai Daud", berkata lelaki itu menjawab, "sebenarnya engkaulah
yang sepatut menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu. Bukankah
engkau sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih
menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunang dengan seorang pemuda
anggota tenteramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama mereka berdua
saling cinta dan mengikat janji."
Nabi Daud tercengang mendengar jawapan lelaki yang berani, tegas dan pedas itu
dan sekali lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata-kata itu,
sekonyong-konyong lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua susuk tubuh
kedua lelaki itu. Nabi Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan
seraya termenung sedarlah ia bahawa kedua lelaki itu adalah malaikat yang
diutuskan oleh Allah untuk memberi peringatan dan teguran kepadanya. Ia seraya
bersujud memohon ampun dan maghfirah dari Tuhan atas segala tindakan dan
perbuatan yang tidak diredhai oleh-Nya. Allah menyatakan menerima taubat Daud,
mengampuni dosanya serta mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasul-Nya.
Adapun gadis yang dimaksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua malaikat yang
menyerupai sebagai manusia itu ialah "Sabigh binti Sya'igh seorang gadis
yang berparas elok dan cantik, sedang calon suaminya adalah "Uria bin Hannan"
seorang pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan mengikat janji dengan
gadis tersebut bahwa sekembalinya dari medan perang mereka berdua akan
melangsungkan perkhawinan dan hidup sebagai suami isteri yang bahagia. Pemuda
itu telah secara rasmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya, yang dengan
senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi apa yang hendak dikatakan sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri
orang melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah Allah,
terjadilah sesuatu yang menghancurkan rancangan syahdunya itu dn menjadilah
cita-citanya untuk beristerikan Sabigh gadis yang diidam-idamkan itu,
seakan-akan impian atau fatamorangana belaka.
Pada suatu hari di mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan
perintah Allah untuk berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh
kedua belah mata Daud dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di
dalam hati Daud kepada sang gadis itu, yang secara sah adalah tunangan dari
salah seorang anggota tenteranya yang setia dan cekap. Daud tidak perlu
berfikir lama untuk menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu dan
segera mendatangi kedua orang tuanya meminang gadis tersebut.
Gerangan orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran tangan
seorang seperti Daud untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan suatu
kemuliaan yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud seorang
pesuruh Allah dan raja Bani Isra'il itu. Dan walaupun Sabigh telah diminta oleh
Uria namin Uria sudah lama meninggalkan tunangannya dan tidak dapat dipastikan
bahwa ia akan cepat kembali atau berada dalam keadaan hidup. Tidak bijaksanalah
fikir kedua orang tua Sabigh untuk menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata
karena menantikan kedatangan Uria kembali dari medan perang. Maka diterimalah
permintaan Daud dan kepadanya diserahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya yang
sah.
Demikianlah kisah perkhawinan Daud dan Sabigh yang menurut para ahli tafsir
menjadi sasaran kritik dan teguran Allah melalui kedua malaikat yang merupai
sebagai dua lelaki yang datang kepada Nabi Daud memohon penyelesaian tentang
sengketa mereka perihal domba betina mereka.
Hari Sabtunya Bani Isra'il
Di antara ajaran-2 Nabi
Musa a.s. kepada Bani Isra'il ialah bahawa mereka mewajibkan untuk
mengkhususkan satu hari pada tiap minggu bagi melakukan ibadah kepada Allah
mensucikan hati dan fikiran mereka dengan berzikir, bertahmid dan bersyukur
atas segala kurnia dan nikmat Tuhan, bersolat dan melakukan perbuatan-2 yang baik
serta amal-2 soleh. Diharamkan bagi mereka pada hari yang ditentukan itu untuk
berdagang dan melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada mulanya hari Jumaatlah yang ditunjuk sebagai hari keramat dan hari ibadah
itu, alan tetapi mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah itu dijatuhkan
pada setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allah selesai
menciptakan makhluk-Nya. Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima oleh
Nabi Musa, maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu daijadikan hari mulia
dan suci, di mana mereka tidak melakukan perdagangan dan mengusahakan urusan-2
duniawi. Mereka hanya tekun beribadah dan ebrbuat amal-amal kebajikan yang
diperintahkan oleh agama. Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti bulan
dan tahun berganti tahun namun adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap
dipertahankan turun temurun dan generasi demi generasi.
Pada masa Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama "Ailat" satu
diantara beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah bermukim sekelompok
kaum dari keturunan Bani Isra'il yang sumber percariannya adalah dari
penangkapan ikan, perdagangan dan pertukangan yang dilakukannya setiap hari
kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorang
malakukan urusan dagangan atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat-2
perniagaan di desa itu menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan malam sabtu,
sehingga ikan-2 di laut tampak terapung-apung di atas permukaan air, bebas
berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih terletak ditepi
laut dekat desa Ailat.Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap
malam dan hari Sabtu terasa aman bermunculan di atas permukaan air tanpa
mendapat gangguan dari para nelayan tetapi begitu matahari terbenam pada Sabtu
senja menghilanglah ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan
naluri yang dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah.
Para nelayan desa Ailat yang pd hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan
begitu banyak terapung-apung di atas permukaan air, bahkan sukar mendapat
menangkap ikan sebanyak yang diharapkan, menganggap adalah kesempatan yang baik
dan menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan pada tiap malam
dan hari Sabtu. Fikiran itu tidak disia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah
agama dan adat kebiasaan yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya,
pergilah mereka ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang
terlarang itu, sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka
dan sebanyak yang mereka harapkan, Berbeda jauh dengan hasil mereka di
hari-hari biasa.
Para penganut yang setia dan para mukmin yang soleh datang menegur para orang
fasiq yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu. Mereka diberi nasihat
dan peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar mereka dan kembali mentaati
perintah agama serta menjauhkan diri dari semua larangannya, supay menghindari
murka Allah yang dapat mencabut kurnia dan nikmat yang telah diberikan kepada
mereka.
Nasihat dan peringatan para mukmin itu tidak dihiraukan oleh para nelayan yang
membangkang itu bahkan mereka makin giat melakukan pelanggaran secara
demonstratif karena sayang akan kehilangan keuntungan material yang besar yang
mereka perolrh dan penangkapan ikan di hari-hari yang suci. Akhirnya
pemuka-pemuka agama terpaksa mengasingkan mereka dari pergaulan dan melarangnya
masuk ke dalam kota dengan menggunakan senjata kalau perlu.
Berkata para nelayan pembangkang itu memprotes: "sesungguhnya kota Ailat
adalah kota dan tempat tinggal kami bersama kami mempunyai hak yang sama
seperti kamu untuk tinggal menetap di sini dan sesekali kamu tidak berhak
melarang kami memasuki kota kami ini serta melarang kami menggali sumber-2
kekayaan yang terdapat di sini bagi kepentingan hidup kami. Kami tidak akan
meninggalkan kota kami ini dan pergi pindah ke tempat lain. Dan jika engkau
enggan bergaul dengan kami maka sebaiknya kota Ailat ini di bagi menjadi dua
bahagian dipisah oleh sebuah tembok pemisah, sehingga masing-2 pihak bebas
berbuat dan melaksanakan usahanya tanpa diganggu oleh mana-mana pihak
lain."
Dengan adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq dan
pemeluk-pemeluk agama yang taat bebaslah mereka melaksanakan usaha penangkapan
ikan semahu hatinya secara besar-besaran pada tiap-tiap hari tanpa berkecuali.
Mereka membina saluran-2 air bagi mengalirkan air laut ke dekat rumah-2 mereka
dengan mengadakan bendungan-2 yang mencegahkan kembalinya ikan-2 le laut bila
matahari terbenam pada setiap petang Sabtu pada waktu mana biasanya ikan-2 yang
terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar laut.
Para nelayan yang makin manjadi kaya karena keuntungan besar yang meeka peroleh
dari hasil penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani melakukan maksiat
dan pelanggaran perintah-2 agama yang menjurus kepada kerusakkan akhlak dan
moral mereka.
Sementara para pemuka agama yang melihat para nelayan itu makin berani
melanggar perintah Allah dan melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di daerah
mereka sendiri masih rajin mendatangi mereka dari masa ke semasa memperingatkan
mereka dan memberi nasihat , kalau-2 masih dapat ditarik ke jalan yang benar
dan bertaubat dari perbuatan maksiat mereka. Akan tetapi kekayaan yang mereka
peroleh dari hasil penangkapan yang berganda menjadikan mata mereka buta untuk
melihta cahaya kebenaran, telinga mereka pekak untuk mendengar nasihat-2 para
pemuka agama dan lubuk hati mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan
kefasiqan, sehingga menjadikan sebahagian dari pemuka dan penganjur agaam itu
berputus asa dan berkata kepada sebahagian yang masih menaruh harapan:
"Mengapa kamu masih menasihati orang-orang yang akan dibinasakan oleh
Allah dan akan ditimpahi hati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan
akan ditimpahi azab yang sangat keras."
Demikianlah pula Nabi Daud setelah melihat bahawa segala nasihat dan peringatan
kepada kaumnya hanya dianggap sebagai angin lalu atau seakan suara di padang
pasir belaka dan melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sedar dan insaf
kembali maka berdoalah beliau memohon kepada Allah agar menggajar mereka dengan
seksaan dan azab yang setimpal.
doa Nabi Daud dikabulkan oleh Allah dan terjadilah suatu gempa bumi yang
dahsyat yang membinasakan orang-orang yang telah membangkang dan berlaku zalim
terhadap diri mereka sendiri dengan mengabaikan perintah Allah dan perintah
para hamba-Nya yang soleh. Sementara mereka yang mukmin dan soleh mendapat
perlindungan Allah dan terhindarlah dari malapetaka yang melanda itu.
Beberapa Kurnia Allah Kepada Nabi Daud
Allah mengutusnya sebagai
nabi dan rasul mengurniainya nikmah, kesempurnaan ilmu, ketelitian amal
perbuatan serta kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.
Kepadanya diturunkan
kitab "Zabur", kitab suci yang menghimpunkan qasidah-2 da sajak-2
serta lagu-2 yang mengandungi tasbih dan pujian-pujian kepada Allah, kisah
umat-2 yang dahulu dan berita nabi-nabi yang akan datang, di antaranya berita
tentang datangnya Nabi Muhammad s.a.w.
Allah menundukkan
gunung-2 dan memerintahkannya bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud tiap pagi
dan senja.
Burung-2 pun turut
bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud berulang-ulang.
Nabi Daud diberi
peringatan tentang maksud suara atau bahasa burung-2.
Allah telah memberinya
kekuatan melunakkan besi, sehingga ia dapat membuat baju-baju dan lingkaran-2
besi dengan tangannya tanpa pertolongan api.
Nabi Daud telah
diberikannya kesempatan menjadi raja memimpin kerajaan yang kuat yang tidak
dapat dikalahkan oleh musuh, bahkan sebaliknya ia selalu memperolehi kemenangan
di atas semua musuhnya.
Nabi Daud dikurniakan
suara yang merdu oleh Allah yang enak didengar sehingga kini ia menjadi kiasan
bila seseorang bersuara merdu dikatakan bahawa ia memperolehi suara Nabi Daud.
Kisah Nabi Daud dan kisah
Sabtunya Bani Isra'il terdapat dalam Al-Quran surah "Saba'" ayat 11,
surah "An-Nisa'" ayat 163, surah "Al-Isra'" ayat 55, surah
"Shaad" ayat 17 sehingga ayat 26 dan surah "Al-'Aaraaf"
ayat 163 sehingga ayat 165.
Beberapa Pelajaran Dari Kisah Nabi Daud A.S
Allah telah memberikan
contoh bahwa seseorang yang bagaimana pun besar dan perkasanya yang hanya
menyandarkan diri kepada kekuatan jasmaninya dapat dikalahkan oleh orang yang
lebih lemah dengan hanya sesuatu benda yang tidak bererti sebagaimana Daud yang
muda usia dan lemah fizikal mengalahkan Jalout yang perkasa itu dengan
bersenjatakan batu sahaja.
Seorang yang lemah dan
miskin tidak patut berputus asa mencari hasil dan memperoleh kejayaan dalam
usaha dan perjuangannya selama ia bersandarkan kepada takwa dan iman kepada
Allah yang akan melindunginya.
Kemenangan Daud atas
Jalout tidak menjadikan dia berlaku sombong dan takabbur, bahkan sebaliknya ia
bersikap rendah hati dan lemah-lembut terhadap kawan maupun lawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar