}
MEMANG SEBUAH PERPISAHAN KADANG MELAHIRKAN DUKA DAN KEPILUAN, AKIBAT PROSES KEBERSAMAAN DALAM KEAKRABAN, NAMUN SEMUA INI HARUS KITA TERIMA SEBAGAI AKTIFITAS KEHIDUPAN DALAM KENISCAYAAN, YANG TERPENTING BAGI KITA SEMUA, BAGAIMANA KITA MENEMUI MASA YANG AKAN DATANG DENGAN HAL YANG LEBIH BERMAKNA DAN BERGUNA, KARENA SESUNGGUHNYA KITA BERJALAN DALAM TIGA DIMENSI KEHIDUPAN, MASA LALU SEBAGAI PENGALAMAN DAN KENANGAN, BILAMANA MASA LALU ITU BURAM DAN SURAM, MAKA HENDAKLAH KITA RENOVASI DENGAN KEBAIKAN DAN PERBAIKAN DIRI, MASA SEKARANG SEBAGAI REALITAS DAN KENYATAAN, BILAMANA AKTIVITAS KITA SEKARANG MEMBERI MASLAHAT KEPADA SEKITARNYA, HARUSLAH KITA PERTAHANKLAN DAN TINGKATKAN KUALITAS SERTA KUANTITASNYA. DAN MASA AKAN DATANG SEBAGAI HARAPAN SEKALIGUS TANTANGAN, JANGAN ADA GORESAN DUKA DAN PUTUS ASA DALAM KITA MENGHADAPI DAN MENATAPNYA

Rabu, 07 Maret 2012

Sudahkah Puterimu Menutup Aurat ???




SEORANG Muslimah merasa bahwa hijab menjadi bagian dari tubuhnya dan menjadi penutup dirinya, alat rasa malunya, tanda kehormatannya, jalannya untuk menggapai cinta Allah untuknya, serta tangga mencapai surga-Nya.


Bila seorang Muslimah berjilbab, maka pada hakikatnya ia telah berusaha menunaikan salah satu perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman;

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab [33] : 36).

Selain itu, kerelaan seorang Muslimah menutupi auratnya dengan hijab syar’i merupakan bukti keimanannya. Dan, masih banyak hikmah lain yang akan dipetik oleh seorang Muslimah saat ia berjilbab sesuai dengan tuntunan syar’i.

Selaku orangtua, kita merasa bahagia manakala kita menyaksikan putri-putri kita berjilbab. Karena, walaupun bagaimana, orangtua akan dimintai pertanggung jawaban prihal pendidikan anaknya, dan salah satunya adalah masalah jilbab ini. 

Oleh karenanya, agar anak tidak merasa berat dalam mengenakan hijab syar’i saat ia menginjak usia balig, maka perlu adanya usaha orangtua untuk membiasakan anak berjilbab sejak dini. 

Karena, metode seperti ini ternyata sangat efektif dalam mendidik anak berjilbab. Tentu saja, metode membiasakan anak berjilbab ini sangat ditekankan untuk memperhatikan perkembangan usia si anak.

Tugas Orangtua

Orangtua akan dimintai pertanggungjawaban perihal pendidikan anaknya. Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam  bersabda:

أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Ingatlah, tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan setiap orang dari kalian akan ditanyai tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini dalam konteks umum. Adapun bagi laki-laki yang berkedudukan sebagai pemimpin, seperti suami, ayah, dan saudara laki-laki, bila mereka ini tidak memerintahkan dan menganjurkan istri, putrinya, atau saudara perempuannya agar mengenakan hijab, mereka akan menjadi dayyuts (yakni orang-orang tidak memiliki kecemburuan terhadap kehormatan wanita tanggungannya). Sedangkan, seorang dayyuts diancam oleh Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam  tidak akan masuk surga.

Di sisi lain, Islam memerintahkan agar anak-anak kecil dilatih beribadah sebelum usia balig. Ibadah shalat, misalnya, merupakan ibadah fardhu ain atas setiap muslim dan Muslimah. Akan tetapi, Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan agar kita melatih anak-anak kita melakukannya sejak berumur tujuh tahun. Dan, kita dibolehkan memukul mereka bila berumur sepuluh tahun. Itu dilakukan sebelum mereka menginjak usia balig.

Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam mengkhususkan shalat di antara ibadah lainnya dikarenakan shalat merupakan tiang agama. Sedangkan hijab itu seperti shalat, hukumnya wajib bagi setiap Muslimah dengan perintah yang jelas dari Allah dan Rasul-Nya seperti telah dijelaskan tadi.

Tips Membiasakan Anak Berjilbab Sendari Kecil

Yang pertama yang harus dipahamkan kepada anak saat membiasakan mereka berjilbab adalah jilbab merupakan salah satu perintah Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya’.” (An-Nur [24] : 31)

Yang kedua, pahamkan kepada anak bahwa berjilbab sama artinya taat kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia telah menunaikan salah satu perintah Allah Ta’ala. Dan, Allah telah berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (Al-Ahzab [33] : 36).

Yang ketiga, tanamkan pada diri anak bahwa jilbab merupakan bukti keimanan seorang Muslimah. Allah SAW tidak mengarahkan pembicaraan tentang hijab kecuali kepada para wanita mukminah. Dia berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman.” Dia juga berfirman, “Dan istri-istri orang mukmin.” Tentu seorang wanita akan merasa bangga bila masih menyandang keimanan dalam dirinya.

Keempat, tunjukkan kepdada anak bahwa berjilbab dapat menyelamatkan hati. Sebab, bila mata tidak melihat sesuatu, maka hati pun tidak akan berhasrat. Dari sini, ketika mata tidak melihat sesuatu yang terlarang, maka hati menjadi lebih suci. 

Kemungkinan terbebas dari fitnah pun lebih nyata karena hijab akan memutus hasrat orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit. Allah berfirman, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.” (Al-A’raf [7] : 26).

Semoga kita diberi kemauan dan kemampuan untuk menanamkan syariat jilbab ini kepada putri-putri kita dan diteguhkan di atasnya hingga ajal menjemput. Wallahul musta’an.

Disadur dari: Hidayatullah