}
MEMANG SEBUAH PERPISAHAN KADANG MELAHIRKAN DUKA DAN KEPILUAN, AKIBAT PROSES KEBERSAMAAN DALAM KEAKRABAN, NAMUN SEMUA INI HARUS KITA TERIMA SEBAGAI AKTIFITAS KEHIDUPAN DALAM KENISCAYAAN, YANG TERPENTING BAGI KITA SEMUA, BAGAIMANA KITA MENEMUI MASA YANG AKAN DATANG DENGAN HAL YANG LEBIH BERMAKNA DAN BERGUNA, KARENA SESUNGGUHNYA KITA BERJALAN DALAM TIGA DIMENSI KEHIDUPAN, MASA LALU SEBAGAI PENGALAMAN DAN KENANGAN, BILAMANA MASA LALU ITU BURAM DAN SURAM, MAKA HENDAKLAH KITA RENOVASI DENGAN KEBAIKAN DAN PERBAIKAN DIRI, MASA SEKARANG SEBAGAI REALITAS DAN KENYATAAN, BILAMANA AKTIVITAS KITA SEKARANG MEMBERI MASLAHAT KEPADA SEKITARNYA, HARUSLAH KITA PERTAHANKLAN DAN TINGKATKAN KUALITAS SERTA KUANTITASNYA. DAN MASA AKAN DATANG SEBAGAI HARAPAN SEKALIGUS TANTANGAN, JANGAN ADA GORESAN DUKA DAN PUTUS ASA DALAM KITA MENGHADAPI DAN MENATAPNYA

Jumat, 17 Agustus 2012

Esensi Ber idul Fitri


Esensi ber idul fitri
Oleh : Ali Sadikin Chalidy*


Ied dalam etimologi bahasa dapat bermakna putaran, ulangan, kembali dan al Fitr berarti suci bersih. Maka dalam gabungan dua kalimat itu dapat diartikan sebagai kembali kepada kesucian. Dan ini senafas dan sejalan dengan informasi Hadist Baginda Nabi SAW yang sering kita dengan kalimat :

كلّ مولود يولد على الفطرة
 (setiap manusia dilahirkan dari perut ibunya dalam keadaan  suci dan bersih)

Bukankah dengan Ramadhan yang telah membimbing kita untuk menempa menjadi insan yang suci, membawa jiwa kepada sensitifitas terhadap lingkungan sosial sekitar kita. Maka sudah barang tentu sepulang dari medan Ramadhan kita kembali dalam fitrah kesucian (Idul Fitri) Karena ada Hadist Baginda Nabi SAW dalam Sabda Beliau :

قال رسول الله صلى الله عليه وءاله وصحبه وسلم "من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه". رواه البخاري

Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap ridho dari Allah SWT maka diampuni baginya dosa dosa yang telah lalu. (HR. Imam Bukhori)

Menilik dari hadist ini maka sangatlah sesuai dan pantas orang yang benar benar konsistensi dalam memenuhi panggilan Ramadhan dengan nada iman. Maka sekembali dari Ramadhan ia dapat disebut kembali kepada fitrah (Idul Fitri)

Dapatlah kita merasakan suasana relung hati kita ketika berhari raya, terasa begitu sangat gembira, terharu, kita dapat meresapi kesyahduan kidung takbir yang sayup sayup berkumandang menyelinap ke relung sukma, sepertinya kehidupan kita tanpa beban. Itulah sebagian dari perasaan dan jiwa kita yang kembali kepada fitrah kesucian diri.

Maka Ramadhan itupun datang secara rutin dan kembali dalam bilangan tahun, agar jiwa dan raga kita yang mulai melemah dan ternoda kembali kepada asal kejadian lagi. Itulah diantara esensi Ramadhan dan Idul Fitri yang selalu hadir menyapa ummat dalam bingkai nilai nilai imany.

Semoga pula Ramadhan kali ini, memberikan makna kesejukan dan kedamaian hati kita, yang mungkin dulu tandus dan gersang. Namun dengan hadirnya Ramadhan dan Idul Fitri, kembali dapat kita rasakan siraman keindahan itu serta memberikan spirit mujahadah dalam kita menapaki sesi kehidupan di semesta raya ini.  Amin Ya Robbal Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar