}
MEMANG SEBUAH PERPISAHAN KADANG MELAHIRKAN DUKA DAN KEPILUAN, AKIBAT PROSES KEBERSAMAAN DALAM KEAKRABAN, NAMUN SEMUA INI HARUS KITA TERIMA SEBAGAI AKTIFITAS KEHIDUPAN DALAM KENISCAYAAN, YANG TERPENTING BAGI KITA SEMUA, BAGAIMANA KITA MENEMUI MASA YANG AKAN DATANG DENGAN HAL YANG LEBIH BERMAKNA DAN BERGUNA, KARENA SESUNGGUHNYA KITA BERJALAN DALAM TIGA DIMENSI KEHIDUPAN, MASA LALU SEBAGAI PENGALAMAN DAN KENANGAN, BILAMANA MASA LALU ITU BURAM DAN SURAM, MAKA HENDAKLAH KITA RENOVASI DENGAN KEBAIKAN DAN PERBAIKAN DIRI, MASA SEKARANG SEBAGAI REALITAS DAN KENYATAAN, BILAMANA AKTIVITAS KITA SEKARANG MEMBERI MASLAHAT KEPADA SEKITARNYA, HARUSLAH KITA PERTAHANKLAN DAN TINGKATKAN KUALITAS SERTA KUANTITASNYA. DAN MASA AKAN DATANG SEBAGAI HARAPAN SEKALIGUS TANTANGAN, JANGAN ADA GORESAN DUKA DAN PUTUS ASA DALAM KITA MENGHADAPI DAN MENATAPNYA

Selasa, 26 Oktober 2010

MENGUNGKAP ILMU AL-QURAN

Al-Quran dan Ilmu

Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu dengan penghormatan yang tidak ditemukan bandingannya dalam kitab­kitab suci yang lain. Sebagai bukti, Al-Quran menyifati masa Arab pra-Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu dan pengetahuan. Di dalam sebagian besar ayat itu disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.
Dalam rangka mengingatkan tentang anugerah yang telah di­berikan kepada manusia, Allah berfirman:


"Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui." (QS 96:5)


"Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang ber­iman dan mempunyai ilmu." (QS 58:11)


"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS 39:9)

Di samping itu masih banyak ayat lain yang menyatakan ten­tang kemuliaan ilmu. Dan dalam hadis-hadis Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait - yang kedudukannya mengiringi Al-Quran - terdapat dalil-dalil yang tidak terhitung banyaknya tentang anjuran untuk mencari ilmu, arti penting dan kemuliaannya.

Anjuran AI-Quran

Dalam banyak ayat (kami tidak mengutipnya di sini karena sedemikian banyak), AI-Quran mengajak untuk memikirkan tanda­tanda kekuasaan Allah di langit, bintang-bintang yang bercahaya, susunannya yang menakjubkan dan peredarannya yang mapan. Ia juga mengajak untuk memikirkan penciptaan bumi, laut, gunung­gunung, lembah, keajaiban-keajaiban yang terdapat di dalam perut bumi, pergantian malam dan siang dan musim. Ia mengajak untuk memikirkan keajaiban penciptaan tumbuh-tumbuhan, binatang­binatang, sistem perkembangannya dan keadaan-keadaan ling­kungannya. Ia mengajak untuk memikirkan penciptaan manusia sendiri, rahasia-rahasia yang terdapat di dalam dirinya, untuk memikirkan alam batinnya dan hubungannya dengan Allah. Al­Quran juga mengajak untuk mengadakan perjalanan di dunia, memikirkan peninggalan orang-orang terdahulu serta meneliti keadaan bangsa-bangsa, kelompok-kelompok manusia, kisah-kisah, sejarah dan pelajaran-pelajaran yang bisa diambil dari mereka.

Secara khusus, Al-Quran mengajak untuk mempelajari ilmu­ilmu kealaman, matematika, filsafat, sastra dan semua ilmu pengetahuan yang dapat dicapai oleh pemikiran manusia. Al-Quran menganjurkan mempelajari ilmu-ilmu itu untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Memang, Al-Quran menyeru untuk mempelajari ilmu-ilmu ini sebagai jalan untuk mengetahui Al-Haq dan realitas, dan sebagai cermin untuk mengetahui alam, yang di dalamnya pengetahuan tentang Allah mempunyai kedudukan paling utama.

Adapun ilmu yang membuat manusia lupa dari Al-Haq dan realitas, menurut Al-Quran sama dengan kebodohan. Allah ber­firman:


"Mereka mengetahui hanya yang lahir dari kehidupan dunia, sedang terhadap kehidupan akhirat mereka lalai." (QS 30:7)


"Maka pernahkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutup atas penglihatannya? Siapakah yang akan memberinya petunjuk selain Allah?" (QS 45:23)

Al-Quran, yang mendorong untuk mempelajari berbagai ilmu, mengajarkan suatu konsep yang utuh tentang ilmu ketuhanan, prinsip-prinsip umum akhlak dan hukum Islam.

Ilmu-Ilmu AI-Quran

Kaum Muslimin mengkaji beberapa ilmu yang obyeknya ada­lah Al-Quran sendiri. Sejarah timbulnya ilmu-ilmu ini bermula sejak masa awal turunnya Al-Quran. Masalah-masalahnya telah matang dan telah mencapai tahapan yang diperlukan karena telah lama dikaji. Hasilnya dapat disaksikan dalam risalah-risalah dan banyak buku yang telah ditulis tentang ilmu-ilmu itu. Ilmu-ilmu ini secara umum terbagi menjadi dua kelompok: ilmu yang mem­bahas tentang lafal (pengucapan) dan ilmu yang membicarakan tentang makna-makna. Ilmu-ilmu yang membicarakan tentang lafal-lafal Al-Quran adalah ilmu-ilmu tajwid dan qira-ah, yaitu:
  1. Ilmu tentang cara melafalkan huruf-huruf dan ketentuan­ketentuan khusus yang harus diberlakukan terhadap huruf-hunif itu ketika sendirian atau tersusun, seperti mendengung (idgham), mengganti (ibdal), hukum-hukum berhenti (waqf), mulai dan semacamnya
  2. Ilmu tentang pemeliharaan dan pengarahan terhadap qira-ah tujuh dan tiga qira-ah lainnya serta qira-ah - qira-ah para sahabat, qira-ah yang tidak biasa (syadz).
  3. Ilmu tentang jumlah surat, ayat, kata dan huruf Al-Quran, dan ilmu tentang pembatasan jumlah semua surat, ayat, kata dan huruf Al-Quran.
  4. Ilmu tentang kekhususan aturan penulisan Al-Quran dan per­bedaannya dengan bentuk tulisan Arab yang dikenal dan digunakan.
Adapun ilmu-ilmu yang membahas makna-makna Al-Quran adalah :
  1. Ilmu yang membahas makna-makna yang umum, seperti tanzil, ta'wil, makna lahir dan batin, muhkam dan mutasyabih, nasikh dan mansukh.
  2. Ilmu yang membahas ayat-ayat hukum. Ilmu ini pada hakikat­nya merupakan cabang dari pembahasan-pembaliasan fikih.
  3. Ilmu yang membahas makna-makna Al-Quran, dikenal dengan nama tafsir.
 Para ulama Islam dan peneliti telah menulis banyak buku dan risalah tentang ilmu-ilmu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar